Konsep
Flow adalah sebuah konsep atau teori
atau dasar penelitian dalam aliran psikologi positif yang memandang bahwa
sebuah kehidupan yang baik dikarakteristikkan dengan adanya fokus, terlibat
secara penuh, dan menikmati proses. Dengan kata lain, konsep Flow menandai adanya absorbtion atau penyerapan secara total apa yang dilakukan
seseorang.
Penelitian
dan teori Flow ini memiliki keaslian
dalam sebuah keinginan dalam memahami fenomena dari dalam atau autotelic. Contoh untuk melihat fenomena
ini yaitu pernah dilakukan pada sifat dan kondisi kenikmatan pemain catur,
pemanjat tebing, penari, dan lain-lain yang menekankan kenikmatan sebagai
alasan utama untuk mengejar suatu kegiatan. Mereka membentuk gambar
karakteristik umum dari pengalaman yang optimal, kondisi, dan temuan.
Fenomenologi yang dilaporkan ini penting dalam situasi kerja dan
permainan. Kondisi dari teori Flow ini
meliputi 1) tantangan dan peluang dan 2) tujuan dan umpan balik yang cepat.
Jeanne
Nakamura dan Csikszentmihalyi mengidentifikasi enam faktor dalam teori Flow.
Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1)
konsentrasi
dan fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan;
2)
gabungan
tindakan dan kesadaran;
3)
hilangannya
kesadaran-diri reflektif (contoh, hilangnya kesadaran diri sebagai aktor
sosial);
4)
rasa
yang dapat mengontrol pribadi sendiri;
5) distorsi
pengalaman temporal (khususnya sebuah rasa yang berlalu lebih cepat
dibandingkan waktu normalnya); dan
6) pengalaman secara intrinsik yang bermanfaat, juga disebut pengalaman sebagai pengalaman autotelic.
6) pengalaman secara intrinsik yang bermanfaat, juga disebut pengalaman sebagai pengalaman autotelic.
Teori Flow ini, seseorang dalam kondisi yang baik atau mengalir, akan berfungsi penuh dalam kapasitasnya. Kondisi Flow ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara kapasitas dan peluangnya.
Mihaly Csikszentmihalyi dan rekan-rekannya mulai meneliti teori Flow setelah Csikszentmihalyi terpesona oleh seniman yang larut dalam pekerjaannya. Pelukis dapat tenggelam dalam pekerjaannya. Dia akan mengabaikan kebutuhan dan kegiatan lain seperti makan, minum, dan bahkan tidur. Dengan demikian, asal penelitian tentang teori Flow muncul ketika Csikszentmihalyi mencoba untuk memahami fenomena ini.
Penelitian Flow berlangsung pada tahun 1980-an dan 1990-an dengan tokoh Csikszentmihalyi dan rekan-rekannya di Italia. Peneliti merasa tertarik pada pengalaman optimal dan menekankan pengalaman positif, terutama di tempat-tempat seperti sekolah dan dunia usaha. Teori Flow digunakan dalam teori perkembangan psikologi humanistik oleh Maslow dan Rogers.
Sebuah karakteristik kunci dari teori Flow berbagi dengan teori lain yang disebut interacsionism. Meskipun berfokus pada diri pribadi teori ini juga tidak bisa dilepaskan dengan lingkungannya sebagai sebuah fenomenologi interaksi antara diri pribadi dengan lingkungannya.
Karena arah teori Flow dibentuk oleh individu dan lingkungan, Namakamura dan Csikszentmihalyi menyebut emergent motivation dalam sebuah sistem terbuka. Di sini motivasi menjadi sesuatu yang penting yang tujuannya muncul dari interaksi itu. Kualitas pengalaman seseorang ini dipengaruhi oleh tantangan dan keterampilan yang bersifat subjektif dan bukan bersifat objektif.
Teori Flow, Perhatian, dan Diri
Untuk memahami apa yang terjadi dengan pengalaman Flow diperlukan model yang lebih umum dari pengalaman, kesadaran, dan diri yang dibangun bersama dengan konsep Flow. Dalam model ini seseorang dikonfrontasikan dengan banyak informasi. Kesadaran merupakan sistem yang kompleks, yang dikembangkan dalam diri manusia dari informasi yang dipilih, diproses, dan disimpannya. Informasi muncul dalam kesadaran melalui perhatian. Dengan kata lain, informasi memasuki kesadaran, meliputi semua proses yang berperan dalam kesadaran seperti berpikir, berkeinginan, dan merasakan sebuah informasi (yaitu, kognisi, motivasi, dan emosi). Dalam sistem, memori kemudian menyimpan informasi itu. Mereka dapat mengatakan pengalaman subjektif sebagai isi dari kesadaran itu.
Diri akan muncul ketika kesadaran berwujud eksistensi dan menjadi sadar atas dirinya sendiri. Kesadaran memberi kita sebuah kontrol pengukuran. Kesadaran memberi pegangan antara perintah yang diprogram dengan tingkah laku adaptif.
Proses perhatian ini akan membentuk pengalaman seseorang. Perhatian memainkan peranan dalam memasuki dan menempati teori Flow. Memasuki teori Flow adalah bagaimana perhatian itu difokuskan oleh kondisi aktivitas masa lampau dan masa kini. Fenomenologi merefleksikan proses perhatian. Konsentrasi yang intens akan menemukan kualitas teori Flow.
Penempatan teori Flow ditangani oleh daerah stimulus yang terbatas. Apatis, bosan, cemas merupakan fungsi cara perhatian itu sedang dijalankan. Kebosanan, apatis, atau level rendah dari tantangan berhubungan dengan keterampilan yang ada.
Untuk memahami apa yang terjadi dengan pengalaman Flow diperlukan model yang lebih umum dari pengalaman, kesadaran, dan diri yang dibangun bersama dengan konsep Flow. Dalam model ini seseorang dikonfrontasikan dengan banyak informasi. Kesadaran merupakan sistem yang kompleks, yang dikembangkan dalam diri manusia dari informasi yang dipilih, diproses, dan disimpannya. Informasi muncul dalam kesadaran melalui perhatian. Dengan kata lain, informasi memasuki kesadaran, meliputi semua proses yang berperan dalam kesadaran seperti berpikir, berkeinginan, dan merasakan sebuah informasi (yaitu, kognisi, motivasi, dan emosi). Dalam sistem, memori kemudian menyimpan informasi itu. Mereka dapat mengatakan pengalaman subjektif sebagai isi dari kesadaran itu.
Diri akan muncul ketika kesadaran berwujud eksistensi dan menjadi sadar atas dirinya sendiri. Kesadaran memberi kita sebuah kontrol pengukuran. Kesadaran memberi pegangan antara perintah yang diprogram dengan tingkah laku adaptif.
Proses perhatian ini akan membentuk pengalaman seseorang. Perhatian memainkan peranan dalam memasuki dan menempati teori Flow. Memasuki teori Flow adalah bagaimana perhatian itu difokuskan oleh kondisi aktivitas masa lampau dan masa kini. Fenomenologi merefleksikan proses perhatian. Konsentrasi yang intens akan menemukan kualitas teori Flow.
Penempatan teori Flow ditangani oleh daerah stimulus yang terbatas. Apatis, bosan, cemas merupakan fungsi cara perhatian itu sedang dijalankan. Kebosanan, apatis, atau level rendah dari tantangan berhubungan dengan keterampilan yang ada.
Personalitas Autotelic
Teori dan penelitian Flow memiliki fokus pada fenomenologi dan personalitas. Tujuannya untuk mengetahui perubahan pengalaman dan kondisi optimal. Csikszentmihalyi menyebutkan bahwa personalitas autotelic merupakan seseorang yang dapat menikmati hidup secara umum mengerjakan sesuatu untuk kesenangan dirinya sendiri dibandingkan dengan capaian tujuan dari luar.
Pengukuran Teori Flow
Ada
tiga cara umum dalam pengukuran teori Flow, yaitu melalui wawancara, kuesioner
dan, metode sampling pengalaman (Experience
Sampling Method/ESM).
1)
Interview
atau wawancara
Interview
yang bersifat kualitatif dapat menggali kealamiahan pengalaman ketika melakukan
sesuatu. Pertanyaan yang bersifat semi
struktur disajikan secara holistik dalam konteks dalam kehidupan nyata. Contohnya,
bagaimana peneliti menanyakan keadaan seorang atlet untuk mendeskripsikan
pengalamannya, beberapa faktor yang mempengaruhi pengalamannya yang berhubungan
dengan keberhasilan dan kegagalan.
2)
Kuesioner
Isi
kuesioner itu di antaranya berisi pernyataan dan pertanyaan tentang pengalaman.
Isi tersebut mencakup a) bagaimana pengalaman itu, b) seberapa sering
pengalaman itu, c) dalam konteks aktivitas apa? Mayers memberikan sepuluh skala dalam pengalaman
ini.
3)
Metode
Sampling Pengalaman (The Experience Sanpling
Method)
Wawancara
dan kuesioner bersifat terbatas. Metode ini mengambil contoh dari pengalaman
aktual setiap hari yang tidak hanya berfokus kepada kegiatan tetapi juga pada
aspek kognitif, emosional, motivasi, dan penyediaan alat untuk pengembangan fenomenologi
sistemik. Isi dari kuesioner sangat bergantung pada tujuan penelitian, seperti
jadwal dan durasi belajar. Sebuah jadwal acak dengan data dikumpulkan selama
satu minggu dan digunakan untuk mewakili aktivitas harian.
ESM berfokus pada contoh momen ketika 1)
keberadaan kondisi optimal, yang berbasis pada keseimbangan kapasitas dan
tantangan, dan 2) saat pernyataan Flow dilaporkan. Biasanya diukur dari level
jumlah laporan diri dari konsentrasi, partisipasi, penikmatan yang biasanya
diberikan skala sepuluh butir.
Arah Penelitian Flow Saat Ini
Terkait
dengan penelitian Flow, aliran pengalaman dapat meningkatkan seseorang dalam
aktivitasnya. Dalam banyak studi Flow dapat diasosiasikan dengan komitmen dan
pencapaian prestasi. Saat ini penelitian ESM dalam waktu yang panjang yang
pernah dilakukan, ditemukan bahwa siswa
SMA yang berbakat menunjukkan kualitas pengalaman dan kecerdasan
aktivitasnya.

Penghalang dan Fasilitator
terhadap Flow
Pada tahun 1980 dan 1990 , badan
riset ESM (European Stability Mecanism) telah menerapkan teori kodisi flow
dalam ilmu pengetahuan dengan hasil yang sangat memuaskan. Salah satunya para
peneliti melihat dari penghalang terhadap
pengalaman yang optimal kemudian melakukan sebuah penelitian yang fokusnya pada
fasilitator dan penyebab munculnya flow dalam diri atau individu. Para peneliti
fokus dengan dua halangan atau kesulitan terhadap kenikmatan yang
berkonsentrasi kepada pembentukan pengalaman.
Preferensi untuk Relaksasi VS Flow
Seperti yang sudah tertulis sebelumnya, kualitas sebuah pengalaman muncul menjadi lebih positif dari apa yang benar-benar diharapkan jika dalam tantangan kecil dan ruang kemampuan yang besar yang berdampingan dengan alur flow dan kuadran. Penyebab munculnya flow bahwa sedikitnya remaja Amerika yang kurang mampu merasakan suatu tantangan lebih dalam konteks pekerjaan sekolah ketika minatnya tinggi. Dalam hal ini situasi tersebut menyebabkan kesadaran diri (orientasi ego), tantangan menjadi tekanan daripada kesempatan untuk beraksi, dan mengurangi tingkat tantangan menjadi sebuah opsi yang menarik. Interpretasi ini muncul dibuktikan dalam perbandingan remaja Amerika yang normal, remaja Italia di sebuah sekolah elit, dan murid sekolah menengah yang berprestasi. Dalam penelitian ini sampelnya adalah pada remaja Amerika yang normal, adanya motivasi (Csikszentmihalyi & Nakamura, 1989) dan kebahagiaan (Csikszentmihalyi & Rathunde, 1993) cenderung terjadi dalam tantangan kecil dan stiuasi kemampuan yang tinggi ketika tantangan dan kemampuan sama-sama besar.
Sikap Terhadap Pekerjaan dan
Aktivitas Bermain
Perbedaan pekerjaan dan aktivitas bermain sebagaimana menghubungkan pengalaman pribadi menjadi sebuah rangkaian yang penting melalui penelitian flow (Flow Research). Csikszentmihalyi (1975), Delle Fave & Massimini (1988) berpendapat “Studi flow yang orisinil menunjukan bahwa pekerjaan sebagaimana aktivitas bermain, dapat menimbulkan kenikmatan yang besar”. Haworth (1997) menyatakan riset ESM terhadap pemuda yang menganggur di Amerika Serikat, menggarisbawahi kesamaan antara pekerjaan dan aktivitas bermain. Bahkan orang yang menganggur menyediakan sedikit kesempatan untuk kenikmatan karena tantangan-tantangan yang diterima oleh orang yang menganggur sangat lah kecil dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan aktivitas bermain dapat menyediakan sumber tantangan yang terstruktur dalam kehidupan seseorang.
LeFevre (1988) menyatakan sebuah paradoks tentang pekerjaan yang sebagaimana telah terditeksi dengan data milik badan riset ESM. Dalam sampel heterogen pekerja remaja mempunyai berbagai dimensi pengalaman pribadi, misalnya konsentrasi, merasa senang, kuat, kreatif, dan memuaskan yang mana signifikan lebih positif dalam tantangan yang besar, situasi kemampuan yang tinggi dimana saja berada, dan keduannya (Pekerjaan & Ktivitas Bermain) dianggap benar dalam pekerjaan dan waktu luang. Dunia kerja didominasi oleh pengalaman yang berhasil dan waktu luang didominasi oleh momen keapatisan. Levre (1988) menyatakan bahwa Meskipun dalam pola eksperensial ini, para pekerja berharap dapat mengerjakan sesuatu yang lain ketika mereka sedang bekerja dan berharap dapat mengerjakan apa yang mereka ingin kejakan dalam waktu luang. Dalam hal ini motivasi terlihat sebagai rangsangan atau pendorong terhadap data pengalaman pribadi para peker yang aktual, didorong oleh prasangka kultural dalam bekerja (nampak seperti apa yang harus dilakukan oleh seseorang) melawan waktu luang (nampak seperti apa yang harus seseorang pilih secara bebas).
Dalam Csikszentmihalyi (1997) dijelaskan bahwa sebuah studi badan riset ESM terhadap murid-murid dalam tingkat 6 melalui 12 yang dinyatakan bahwa sikap-sikap ini terhadap pekerjaan dan aktivitas bermain sudah ada dalam tempat tingkat ke-6 dan mendorong lewat tahun-tahun remaja. Motivasi dalam pengalaman ditandai sebagai “pekerjaan”, contohnya seperti kegiatan belajar di dalam kelas, dan pekerjaan yang dibayar. Motivasi tersebut lebih rendah dibanding dengan pengalaman yang ditandai sebagai “aktivitas bermain”, contohnya aktifitas psaif seperti kegiatan nonton TV, meskipun kegiatan bekerja berkaitan dengan konsentrasi yang lebih tinggi, kepentingan terhadap masadepan, dan harga diri. Pada sebuah catatan positif, 10% dari sampel, dilaporkan bahwa murid-murid mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan seni, permainan, dan hobi diluar tempat yang formal. Mereka menyatakan aktifitas-aktifitas tersebut sama pentingnya dengan kedua aktifitas “bekerja” dan “bermain” karena memberikan mereka pengalaman yang menyenangkan. Selain itu, kedua aktifitas “bekerja” dan “bermain” lebih positif dibandingkan dengan aktifitas yang tidak membuat mereka nyaman atau senang.
Kepribadian Aoutotelic
Kepribadian autotelic dianggap lebih mampu untuk mencapai flow. Autotelic berasal dari kata auto berarti self dan teleos berarti tujuan. Hipotesis Mihaly Csikszentmihalyi menyebutkan bahwa orang dengan kepribadian tersebut mungkin lebih sering atau lebih mampu mencapai Flow daripada orang kebanyakan. Mereka yang autotelic memiliki rasa ingin tahu dan ketekunan yang besar dalam melakukan sebuah aktivitas. Hasilnya tentu prestasi yang tidak biasa.
Dengan mengadopsi sebuah metrik yang berbeda, LeFevre (1988) telah menemukan sebuah sampel para pekerja remaja 40% yang termotivasi dalam tantangan rendah, berkemampuan rendah terhadap situasi; orang yang berkepribadian autotelic disebut pribadi autotelic. Heknter (1996) berpendapat bahwa untuk mengatahui kepribadian autotelic dapat ditemukan pada remaja dewasa, orang yang autotelic biasanya cendrung tidak merasa bahagia dan termotivasi dalam situasi apatis (rintangan yang rendah, kemampuan yang rendah), sebaliknya dengan nonautotelic (mereka tidak termotivasi dalam tantangan yang tinggi, kemampuan yang besar terhadap situasi) tidak menemukan permusuhan yang berkondisi apatis. Perbedaan individu pada diri keduanya (individu autotelic dan nonautotelic) nampak secara jelas.
Keluarga Berkepribadian Autotelic
Rathunde (1988, 1996) menyatakan dengan data dari studi ESM megenai remaja yang bertalenta bahwa kepribadian autotelic dibentuk oleh hal yang kompleks, yaitu lingkungan keluarga yang memberikan dukungan dan tantangan secara simultan. murid-murid yang berasal dari keluarga yang kompleks secara signifikan lebih sering menghabiskan waktunya dalam aktivitas yan bertantangan besar, situasi yang melibatkan kemampuan tinggi, dan sedikit menggunakan waktunya dalam aktisedikit menggunakan waktunya dalam aktifitas sebaliknya.
Dengan penjelasan di atas, kita dapat berspekulasi bahwa pengalaman di sekolah dapat berkontribusi dalam mengembangkan kepribadian autotelic. Sekolah menjadi media dalam menggambarkan perkembangan murid melalui program-program pendidikan yang mana didesain untuk membentuk kemampuan dan kecendrungan murid terhadap apa yang mereka sukain dan minati (Flow).
Daftar Pustaka
Snyder,
C.R. dan Shane J. Lopes, 2002. Handbook
of Positive Psichology. New York Oxford University Press.
adakah contoh kuesioner tentang teori ini terhadap tema tertentu terima kasih.
BalasHapusAda dari jackson alat ukur untuk teori flow namun digunakan kepada para atlet
Hapus