Makalah ini disusun untuk memenuhi ujian tengah semester pada perkuliahan Apresiasi Sastra yang diampu oleh Prof. Dr. Zuriyati, M.Pd dan Dr. Saifur Rahman, M.Hum
Disusun Oleh:
Pilda Nugraha Firdaus, 7316167165
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016/2017
A.
PENDAHULUAN
Gangguan kepribadian dianggap sebagai prilaku yang
menyimpang dari kebiasaan umum baik secara kontek budaya, moral, agama, dan
tatanan sosial terhadap orang lain. Menurut (Gerald C. Davison dkk, 2010: 574),
gangguan kepribaian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen, diberi kode
pada aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola prilaku dan pengalaman
internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpag dari
ekspektasi budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hedaya dalam
keberfungsian sosial dan pekerjaan. Akan tetapi, pembahasan gangguan
kepribaddian dalam penelitian ini bukan untuk mendeskripsikan individu manusia
yang nyata, melainkan tokoh dalam novel Mencari
Perempuan yang Hilang. Endaswara (2008: 179) menjelaskan, bahwaTokoh adalah
figur yang dikenai dan sekaligus mengenai tindakan psikologis. Tokoh adalah
“eksekutor” dalam sastra. Dengan mempelajari tokoh pembaca akan mampu
menelusuri psikologisnya. Penelitian tokoh memang bagian dari aspek intrinsik
(struktur) sastra.
Di era modern
ini, banyak sekali kepribadian manusia yang menyimpang dari tatanan sosial,
kebudayaan, dan agama. Kepribadian yang menyimpang tersebut merupakan gangguan
kepribadian dalam jati diri manusia, seperti halnya arogan, tamak, gila
kendali, intimidatif, emosional, ambisius yang berlebihan, sentimentil, dan
masih banyak contoh lainnya. Mempelajari gangguan kepribadian merupakan proses
memahami jati diri manusia yang hakiki. Begitu pula dengan mempelajari gangguan
kepribadian tokoh dalam novel, pembaca akan lebih terasah dalam memahami
karakter penulis, watak dan jati diri tokoh secara utuh selayaknya individu
manusia. Dengan mempelajari gangguan kepribadian tokoh juga, pembaca dapat
merefleksikannya dengan menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan
kepribadian tokoh dalam novel yang akan diteliti ini menarik untuk diteliti
guna dapat memberikan pembelajaran dalam bersikap dan bertindak terhadap
masyarakat umum.
Novel Mencari
Perempuan yang Hilang karya Dr. Imad Zaki ini bercerita tentang kisah cinta
suci Dokter Ahlam dan Dokter Sholeh yang mengharukan di tengah skandal
kejahatan yang rumit dan keji. Kejahatan yang dilakukan oleh ayahnya Abdul
Ghani sebagai pengusaha yang tamak, agresif, dan intimidatif terhadap
orang-orang yang ada di sekelilingnya merupakan kepribadian yang menyimpang.
Kepribadian Abdul Ghani yang menyimpang disebabkan oleh pandangannya yang salah
dalam meraih kesuksesan dalam hidup, serta rasa sakit hati terhadap tindakan
pemerintah di masa lalunya. Atas dasar tersebut, banyak para korban yang
menjadi objek penyimpangan kepribadiannya, seperti Dokter Sholeh, Suster Nura,
Dr. Syarif, dan anaknya sendiri Dokter Ahlam. Di sisi lain, kepribadian yang
menyimpang tersebut disebabkan oleh gangguan kepribadian yang terdapat dalam
individu manusia.
Minderop (2011) mengutip dalam bukunya, Psikologi berasal
dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi
psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku
manusia (Atkinson, 1996: 7). Sedangkan, sastra adalah suatu karya tulis yang
memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik
serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral sehingga mampu
mengunggah; pengalaman, kesadaran moral, spiritual, dan emosional pembaca
(Albertine Minderop, 2011:76). Pada penjelasan tersebut mengenai psikologi dan
sastra, keduanya memiliki kajian yang berbeda. Akan tetapi, psikologi dan sastra
juga sama-sama membahas tentang kejiwaan. Psikologi membahas jiwa manusia dalam
berprilakku. Begitu juga sastra membahas jiwa manusia dari sisi moral dan
spiritual manusia. Kesamaan yang terdapat dalam psikologi dan sastra melahirkan
pendekatan yang tujuannya sama-sama mencari hakikat atau jiwa manusia, yaitu
psikologi sastra. Maka, pendekatan psikologi sastra merupakan pendekatan yang
tepat untuk mengkaji karya sastra yang membahas kejiwaan: moral dan spiritual
seperti novel Mencari Perempuan yang Hilang.
Secara teoritis, dipaparkan By "psychology of
literature," we may mean the psychological study of the writer, as type
and as individual, or the study of the creative process, or the study of the
psychological types and laws present within works of literature, or, finally,
the effects of literature upon its readers (audience psychology) (Wellek, 1949:
75). Wellek menjelaskan bahwa psikologi sastra adalah pendekatan penelitian
sastra yang mengkaji 4 aspek, yaitu psikologi pengarang, proses penciptaan sastra,
kaidah-kaidah psikologi yang terdapat dalam karya sastra, dan pengaruh karya
sastra terhadap pembaca. Dalam penelitian ini, hanya difokuskan kepada
pennggunaan teori mengenai relevansi kaidah pasikologi dalam karya sastra,
yaitu novel Mencari Perempuan yang Hilang
dengan cara mengamati tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, konflik, alur, dan setting. Analisis ini dapat
mendeskripsikan gangguan kepribadian tokoh dalam novel yang diteliti. Daya
tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa.
Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili
jiwa orang lain. Setiap orang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam
karyanya dan pengalaman pengarang itu sering juga dialami oleh orang lain.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan 2 metode,
yaitu metode telling (langsung) dan showing
(tak langsung). Pertama, Metode langsung atau direct method (telling)
mencakup: karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh, karakterisasi melalui
penampilan tokoh, dan karakterisasi melalui tuturan pengarang (Minderop, 2005:
8). Selain itu, Metode telling
mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari
pengarang. Melalui metode ini
keikutsertaan atau turut campurnya pengarang dalam menyajikan perwatakan tokoh
sangat terasa, sehingga para pembaca memahami dan menghayati perwatakan tokoh
berdasarkan paparan pengarang (Minderop, 2005:6). Kedua, Metode showing (tidak
langsung) memperlihatkan pengarang menempatkan diri di luar kisahan dengan memberikan
kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog
dan action (Pickering dan Hoeper, 1981: 27). Di sisi lain, metode showing ini
mencakup: dialog dan tingkah laku, karakterisasi melalui dialog- apa yang
dikatakan penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jatidiri
tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara,
penekanan, dialek, dan kosa kata para tokoh (Minderop, 2005:22-23).
Novel sebagai prodak karya sastra merupakan ungkapan hati
sastrawan yang dituliskan mengenai segala aspek dalam kehidupan manusia. Albertine
Minderop mengatakan, Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan
dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik serta mengandung
nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral sehingga mampu mengunggah; pengalaman,
kesadaran moral, spiritual, dan emosional pembaca (2011:76). Dalam novel Mencari Perempuan yang Hilang ini,
terdapat pembelajaran mengenai aspek kehidupan manusia. Nilai-nilai kehidupan,
dan ajaran moral yang disampaikan melalui novel tersebut sangat mengunggah
pembaca jika dia peka bahwa fenomena yang terjadi dalam novel merupakan
cerminan fenomea yang nyata dalam kehidupan realita. Novel tersebut
menceritakan tentang Tuan Abdul Ghani dengan antek-anteknya, salahsatunya Dr.
Syarif, dan beberapa tokoh lainnya yang mengalami gangguan kepribadian
narsistik, ambang, histrionik, dan obsesif kompulsif. Masing masing gangguan
kepribadian tersebut memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda-beda.
Di kutip dalam buku Gerald C Davison (2010) Kepribadian
adalah neurotisisme, ekstraversi/introversi, keterbukaan terhadap pengalaman,
kemudian untuk sependapat (agreeableness)/antagonisme
dan (conscientionsness). (McCare
& Costa, 1990). Gangguan kepribaian adalah kelompok gangguan yang sangat
heterogen, diberi kode pada aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola
prilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak
fleksibel yang menyimpag dari ekspektasi budaya orang yang bersangkutan dan
menyebabkan hedaya dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan. (Gerald C. Davison
dkk, 2010: 574). Menurut Gerald C. Davison dalam bukunya Psikologi Abnormal, Gangguan
kepribadian digolongkan menjadi 3 kelompok, sebagai berikut: (1) Kelompok Aneh
atau eksentrik (paranoid, skizoid, dan skizopital), (2) Kelompok Dramatik atau
Eratik (antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik), (3)Kelompok pencemas
atau ketakutan (menghindar, dependen, dan obsesif kompulsif (2010: 578). Akan
tetapi, peneliti hanya menemukan beberapa kategori gangguan kepribadian tokoh,
yakni 4 gangguan kepribadian; (gangguan kepribadian narsistik, ambang,
histrionik, dan obsesif kompulsif).
Orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik
memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka; mereka
terfokus dengan berbagai fantasi keberhasilan besar. Untuk mengatakan bahwa
mereka berpusat pada diri sendiri adalah pernyataan yang understatement.
(Gerald C Davison, 2010: 586). Mereka menghendaki perhatian dan pemujaan
berlebihan yang hampir tanpa henti dan yakin bahwa mereka hanya dapat
dimengerti oleh orang-orang yang istimewa atau memiliki status tinggi. Hubungan
interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, perasaan iri, dan
arogansi, dan memanfaatkan orang lain serta perasaan bahwa mereka berhak
mendapatkan segala sesuatu, mereka mnghendaki orang lain melakukan sesuatu yang
istimewa untuk mereka tanpa perku dibalas. Tidak pernah berhenti mencari
perhatian dan pemujaan, kepribadian narsistik sangat sensitiv terhadap kritikik
dan sangat takut terhadap kegagalan. Kadang mereka mencari orang yang dapat
mereka idealkan karena mereka merasa kecewa pada diri sendiri, namun secara
umum merka tidak mengijinkan siapapun memiliki hubungan dekat yang tulus dengan
mereka.
Gangguan kepribadian ambang dicantumkan dalam DSM sebagai
diagnosis resmi pada tahun 1980. Ciri-ciri utama gangguan ini adalah
impulsivitas dan ketidakstabilan dalam hubungan dengan orang lain dan mood
(Sanislow, Grilo, & McGlashan, 2000 dikutip pada hlm 581) contohnya, sikap
dan perasaan terhadap orang lain dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh
dalam kurun waktu yang tidak lama. Emosinya eratik dan dapat berubah dengan
total, terutama dari idealisasi yang penuh glora menjadi kemarahan yang
merendahkan. Pasien yang mengalami kepribadian ambang memiliki karakter
argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, cepat menyerang, dan secara
keseluruhan sangat sulit untuk hidup bersama mereka. Prilaku mereka yang tidak
dapat diprediksi dan impulsif, yang dapat mencakup berjudi, boros, aktivitas
seksual yang tidak pandang bulu, penyalahgunaan zat, dan makan berlebihan,
berpotensi merusak diri sendiri.Para individu tersebut tidak memiliki rasa diri
yang jelas dan konsisten dan tidak pernah memiliki kepastian dalam nilai-nilai,
loyalitas, dan pilihan karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam
kesendirian, memiliki rasa takut diabaikan, dan perasaan kosong yang kronis.
Diagnosis
kepribadian histrionik, yang sebelumnya disebut kepribadian histerikal,
ditegakan bagi orang-orang yang terlalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka
seringkali menggunakan ciri-ciri penampilan fisik, seperti pakaian yang tidak
umum, rias wajah, atau warna rambut untuk menarik perhatian orang kepada mereka.
(Gerald C Davison, 2010: 585)para individu tersebut, meskipun menunjukan emosi
secara berlebihan, diperkirakan memiliki kedangkalan emosi. Mereka berpusat
pada diri sendiri, terlalu memedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa
tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokativ
dan tidak senoboh secara seksula tanpa memedulikan kepantasan dan mudah
dipengaruhi orang lain.
Gangguan kepribadian
obsesif kompulsif adalah seorang prfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan,
jadwal, dan sejenisnya. (Gerald C Davison, 2010: 597). Orang-rang tersebut
sering kali terlalu memerhatikan detail sehingga mereka tidak pernah
menyelesaikan proyek. Mereka berorientasi kepada pada pekerjaan bukan pada
kesenangan dan teramat sulit mengambil keputusan (karena takut salah) dan
mengalokasi waktu (karena takut terfokus pada hal yang salah).
B.
BENTUK
GANGGUAN KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL MENCARI
PEREMPUAN YANG HILANG
Gangguan
kepribaian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen, diberi kode pada
aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola prilaku dan pengalaman internal
yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpag dari
ekspektasi budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hedaya dalam
keberfungsian sosial dan pekerjaan. (Gerald C. Davison dkk, 2010: 574). Dalam
novel Mencari Perempuan yang Hilang terdapat beberapa tokoh yang mengalami gangguan
kepribadian. Temuan tersebut diidentifikasi melalui ujaran-ujaran yang
dipaparkan oleh tokoh, baik itu ujarang langsung atau ujaran tidak langsung. Abdul
Ghani, ibunya Ahlam, Dokter Sholeh, dan Dokter Syarif merupakan tokoh-tokoh
yang tampak mengalami gangguan kepribadian di dalam novel.
Gangguan
kepribadian yang dialami oleh beberapa tokoh di dalam novel, akan dikategorikan
sesuai dengan bentuk, gejala, dan karakteristik gangguan kepribadian sesuai
dengan teorinya Gerald C. Davison (2010). Menurut Gerald C. Davison dalam
bukunya Psikologi Abnormal, Gangguan kepribadian digolongkan menjadi 3
kelompok, sebagai berikut: (1) Kelompok Aneh atau eksentrik (paranoid, skizoid,
dan skizopital), (2) Kelompok Dramatik atau Eratik (antisosial, ambang,
histrionik, dan narsistik), (3)Kelompok pencemas atau ketakutan (menghindar, dependen,
dan obsesif kompulsif (2010: 578). Akan tetapi, peneliti hanya menemukan
beberapa kategori gangguan kepribadian tokoh yang dijelaskan sebagai berikut:
1.
Bentuk Gangguan
Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsisitk merupakan sebuah gangguan
kejiwaan dalam diri individu-individu yang memiliki pandangan berlebihan
terhadap keunikan dan kemampuan mereka. Mereka menghendaki perhatian dan
pemujaan berlebihan yang hampir tanpa henti dan yakin bahwa mereka hanya dapat
dimengerti oleh orang-orang yang istimewa atau memiliki status tinggi. Hubungan
interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, perasaan iri, dan
arogansi, dan memanfaatkan orang lain serta perasaan bahwa mereka berhak
mendapatkan segala sesuatu, mereka mnghendaki orang lain melakukan sesuatu yang
istimewa untuk mereka tanpa perku dibalas. Tidak pernah berhenti mencari
perhatian dan pemujaan, kepribadian narsistik sangat sensitiv terhadap kritikik
dan sangat takut terhadap kegagalan. Kadang mereka mencari orang yang dapat
mereka idealkan karena mereka merasa kecewa pada diri sendiri, namun secara
umum merka tidak mengijinkan siapapun memiliki hubungan dekat yang tulus dengan
mereka.
Setelah mencermati Novel Mencari Perempuan yang Hilang, terdapat tokoh yang arogan, penuh ambisi, kurang empati terhadap kemanusiaan, dan
materialistik. Tuan Abdul Ghani sebagai tokoh dalam novel ini, tampak sebagai
laki-laki yang sikapnya sangat arogan, penampilannya yang glamor, wataknya yang
selalu ingin menang, dan ucapan-ucapannya yang kasar (sarkasme) terhadap lawan
bicaranya. Terkait dengan karakterisasi tokoh tersebut, menunjukan Tuan Abdul
Ghani memiliki gangguan kepribadian narsisitik. Dijelaskan oleh Gerald C
Davison, Orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan
berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka; mereka terfokus dengan
berbagai fantasi keberhasilan besar. Untuk mengatakan bahwa mereka berpusat
pada diri sendiri adalah pernyataan yang understatement (2010: 586). Sebagaimana
terlihat dalam dialog dan action antara
Tuan Abdul Ghani dan Dokter Sholeh sebagai berikut:
“Lalu... apakah kau sudah memiliki semua yang membuat
gadis seperti Ahlam bisa bahagia?” desaknya.
“Sudah.
Aku sudah memiliki semuanya!” jawabku tegas tanpa ragu-rgu.
“Ahlam
bukan sembarang gadis.”
Aku
paham ujung perkataanya. Pasti dia menanyakan apakah aku sudah punya uang yang
banyak untuk menikah.
“Justru
aku yakin bahwa Ahlam bukanlah sembarang gadis.
Dia
sangat berbeda dari gadis yang lain. Tapi aku dan dia memiliki visi yang
membuat kami bahagia,” aku meyakinkannya.
“kau
mampu membelikanya mobil mewah seperti yang ku miliki sekarang?”
Aku
terkejut mendengar pertanyaan itu.
“Sebetulnya
aku punya mobil. Tidak mewah tetapi bisa membuat kami bahagia,” jawabku.
“kau
sanggup membelikan sebuah villa untuknya seperti villa yang dia tempati saat
ini?”
“Apakah
kau sanggup mengadakan pesta pernikahan yang mewah? Kau tahu bahwa selama ini
Ahlam tidak bahagia bersama kami. Untuk itu, kami ingin membuat dia bahagia di
hari pernikahan itu. Aku tidak ingin pestanya berlangsung sepi dan bisu. Semua
temannya dan temanku harus hadir, juga para menteri, para tokoh serta pelaku
bisnis,” gertaknya.
Dialog
diatas menunjukan watak pada dua tokoh yang terlibat, Tuan Abdul Ghani dan
Dokter Sholeh sebagai penutur dan petutur. Dalam ucapannya, Tuan Abdul Ghani
cenderung melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang agresif terhadap Dokter
Sholeh. Ucapan Tuan Abdul Ghani “Lalu...
apakah kau sudah memiliki semua yang membuat gadis seperti Ahlam bisa bahagia?”
desaknya, “kau mampu membelikanya mobil mewah seperti yang ku miliki sekarang?”,
dan “kau sanggup membelikan sebuah
villa untuknya seperti villa yang dia tempati saat ini?” merupakan
bentuk arogansi tokoh yang memiliki pandangan bahwa kebahagian diukur hanya
dari sisi materi. Pandangannya yang berlebihan terhadap materi, membentuk
kepribadian Tokoh yang narsistik dalam
menentukan figur calon suami Dokter Ahlam.
Selain itu, kepribadian Tuan Abdul Ghani terlihat dalam
komentar pengarang yang disampaikan melalui tokoh Dokter Ahlam dalam ujaran langsungnya
pada dialog mereka yang membicarakan konteks penrnikahan “Aku paham ujung perkataanya. Pasti dia menanyakan apakah aku sudah
punya uang yang banyak untuk menikah.” Ujaran Dokter Sholeh merupakan ide
atau gagasan pengarang dalam membangun watak tokoh Tuan Abdul Ghani. Ujaran
langsung yang dipaparkan oleh Dokter Sholeh merefleksikan bahwa Tuan Abdul
Ghani adalah seorang ayah yang materialistik atau haus akan harta. Wataknya
yang angkuh dan penuh arogansi secara tidak langsung mengintimidasi Dokter
Sholeh. Dalam pikirannya seakan-akan Dokter Sholeh belum layak untuk menikahi
anaknya, Dokter Ahlam. Pemaparan watak tokoh tersebut nampak pada eksposisi
ujaran yang diucapkan oleh Tuan Abdul Ghani dan Dokter Sholeh dalam dialog di
atas. Ekspresi Dokter Sholeh yang ditunjukan dalam ujaran langsungnya “Aku terkejut mendengar pertanyaan itu” menjelaskan
betapa agresifnya pertanyaan Tuan Abdul Ghani terhadap Dokter Sholeh.
Ujaran-ujaran langsung yang disampaikan Dokter Sholeh, merefleksikan bahwa Tuan
Abdul Ghani merupakan tokoh yang memiliki gangguan kepribadian narsistik.
Watak tokoh Abdul Ghani yang licik dan tamak akan
kesuksesan materi, mengintimidasi batin Dokter Sholeh sebagai Ahli Kesehatan.
Abdul Ghani memanfaatkan kondisi Dokter Sholeh yang ingin menikahi anaknya
dengan cara yang picik. Dia desak Dokter Sholeh secara halus agar mau sepakat
dengannya untuk menjual makanan bayi yang sudah kadaluarsa. Watak tokoh Abdul
Ghani yang tidak mau rugi menjadikan anaknya Dokter Ahlam sebagai umpan
bisnisnya terhadap Dokter Sholeh. Cara berbisnisnya yang kotor telah membuat
pandangannya rendah terhadap anaknya sendiri meski dia sendiri tidak
menyadarinya. Watak Abdul Ghani tersebut ditunjukan melalui karakter uajarannya
dalam dialog antara dirinya dan Dokter Sholeh, sebagai berikut:
“jujur saja, Dokter. Aku
sudah menawarkan makanan bayi ini kepada sejumlah pedagang dengan harga yang
sangat murah. Mereka tidak mau. Saya juga tidak mau rugi. Aku teruskan usahaku.
Aku bertemu dengan sorang pedagang terkenal di suatu kampung. Aku tawarkan
keuntungan yang menarik. Semula dia setuju. Tetapi setelah dia melihat masa
kadaluarsa, dia mengecam habis-habisan. Aku jelaskan bahwa tanggal kadaluarsa
itu adalah sinyal hati-hati. Jadi lebih lebih beberapa hari tidak akan
berbahaya. Dia tetap tidak mau kecuali atas seizin Dokter. Sekarang sudah jelas
apa peranmu dalam perdagangan ini,” katanya. Aku merasa bahwa jubah kehinaan diselubungkan
ke tubuhku dari kepala hingga kaki.
“Tidak
ada insan yang bersih mau mengkhianati suara nuraninya dengan mengambil laba di
atas kematian anak-anak yang tidak berdosa......mengambil untung dari penjualan
makanan yang rusak.”
Dia
mengepalkan tinjunya lalu berdiri dari tempat duduknya. Sepertinya dia ingin
meninjuku, tapi tidak jadi.
“Kau
masih mencintai Ahlam?” Dia bertanya dengan suara tinggi.
“Masih,
dan selamanya.”
“Kalau
kau masih mencintainya, kau harus melakukan apa pun untuk mendapatkannya!”
“kelahiran
Ahlam sudah ditunggu oleh sendok emas. Bila sendok emas itu kau rampas, Ahlam
akan merana dan mati. Kuharap kau mengerti.
“tapi harta bukan segalanya dalam hidup ini,” jawabku
sedih.
“Salah,
itu tidak benar, Dokter! Harta adalah segala-galanya,” jawabnya memotong.
“Tanpa harta kau tidak akan bahagia, kau tak akan kuat dan kau tidak akan
hidup.” Dia tertegun sejejnak. “Dan kau tidak akan bisa menikah...”
“Hai...
kau harus tahu betapa besar kerugianku dengan berakhirnya masa penggunaan
makanan bayi ini.” Dia terdiam dan tiba-tiba bicara lagi seakan menjawab
sendiri pertanyaannya,
“saya
akan rugi jutaan dolar.”
“Sungguh
kerugian yang sangat besar,” kataku turut perhatian.
“bukan
kerugian tapi musibah.”
“Lalu,
apa solusinya?” tanyaku.
“tidak
ada pilihan, harus ku jual dengan harga yang sangat rendah.”
“Bisa
terjual sampai akhir bulan ini?”
“Dengan
bantuanmu, aku pasti bisa,” jawabnya dengan senyum mengharap.
“Saya?!”
“Untukmu sepuluh persen.”
Pada
dialog di atas, karakterisasi yang ditampilkan dalam ujaran Abdul Ghani yang
arogan, agresif, licik, dan tamak mewakilkan bahwa Tokoh Abdul Ghani adalah
seorang laki-laki yang memiliki gangguan kepribadian narsistik dalam Novel Mencari Perempuan yang Hilang.
2.
Bentuk
Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan kepribadian ambang dicantumkan dalam DSM sebagai
diagnosis resmi pada tahun 1980. Ciri-ciri utama gangguan ini adalah
impulsivitas dan ketidakstabilan dalam hubungan dengan orang lain dan mood
(Sanislow, Grilo, & McGlashan, 2000 dikutip pada hlm 581) contohnya, sikap dan
perasaan terhadap orang lain dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh
dalam kurun waktu yang tidak lama. Emosinya eratik dan dapat berubah dengan
total, terutama dari idealisasi yang penuh glora menjadi kemarahan yang
merendahkan. Tokoh yang mengalami kepribadian ambang memiliki karakter
argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, cepat menyerang, dan secara
keseluruhan sangat sulit untuk hidup bersama mereka. Prilaku mereka yang tidak
dapat diprediksi dan impulsif, yang dapat mencakup berjudi, boros, aktivitas
seksual yang tidak pandang bulu, penyalahgunaan zat, dan makan berlebihan,
berpotensi merusak diri sendiri.
Para individu tersebut tidak memiliki rasa diri yang
jelas dan konsisten dan tidak pernah memiliki kepastian dalam nilai-nilai,
loyalitas, dan pilihan karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam
kesendirian, memiliki rasa takut diabaikan, dan perasaan kosong yang kronis. Namun,
dalam Novel Mencari Perempuan yang
Hilang, Ibu Ahlam yang tidak terima atas kritik ibu guru terhadap sikap
seorang ibu yang mendidik anaknya dengan materi. Menurut pandangan ibu guru,
tindakan ahlam yang dilakukan di sekolah ketika membagi-bagikan uang di sekolah
merupakan prilaku yang tidak bernilai bagi anak seumur Ahlam. Atas hal itu,
gurunya memberikan masukan kepada ibunya Ahlam agar memberikan perhatian lebih
dan kasih sayang. Akan tetapi ibunya Ahlam tersinggung atas masukan gurunya
Ahlam. Emosinya tidak stabil dan ucapannya sarkastik, menggambarkan reaksi yang
eratik terhadap gurunya Ahlam. Hal tersebut dapat dilihat dalam cerita Ahlam
tentang tentang masa kecil di sekolah dan ibunya, sebagai berikut:
Suatu hari guru itu melihat
membagi-bagikan uang kepada teman-teman sekelas. Seakan –akan aku mampu membeli
kasih sayang dan perhatian teman-teman dengan uang jajanku yang banyak. Lalu
guru itu datang menemui ibu dan menceritakan perbuatanku yang sering
membagi-bagikan uang. Ibu guru juga meminta agar ibu memberikan perhatian dan
kasih sayang padakau. Ibuku tersinggung dan marah. Dengan lantang dia
mengatakan bahwa dia adalah seorang ibu teladan. Menurutnya dia sudah
mencurahkan kasih sayang dan perhatian kepadaku. Semua permainan yang tidak
dimiliki oleh anak-anak lain, sudah dia belikan. Demikian pernyataan ibu dengan
marah. Guruku ingin menjelaskan sesuatu yang penting, tapi ibuku segera
memotong pembicaraan bahwa guru itu tidak berhak mencampuri urusan pribadi.
Lebih menyakitkan lagi mulai saat itu ibu guru dilarang untuk berkunjung ke
rumahku.
Dalam
cerita Ahlam mengenai masa di sekolah, pandangan ibunya dalam mendidik anak
cukup dengan memberikan fasilitas yang mewah membuat batin Ahlam kesepian akan
sosok ibu yang sesungguhnya. Karakter ibunya yang digambarkan melalui ujarang
langsung Ahlam “Guruku ingin menjelaskan
sesuatu yang penting, tapi ibuku segera memotong pembicaraan bahwa guru itu
tidak berhak mencampuri urusan pribadi. Lebih menyakitkan lagi mulai saat itu
ibu guru dilarang untuk berkunjung ke rumahku.” Mencerminkan kprebadian
ibunya yang emosinya eratik dapat berubah dengan total. Hal tersebut tampak
pada sikapnya yang melarang ahlam untuk bertemu lagi dengan gurunya dikarenakan
reaksinya yang impulsiv, marah-marah tidak terima atas masukan dari gurunya
Ahlam. Karakterisasi ujaran ibunya Ahlam menunjukan bahwa Tokoh ibunya Ahlam
memiliki gangguang kepribadian Ambang.
3.
Bentuk
Gangguan Kpribadian Histrionik
Diagnosis kepribadian histrionik, yang sebelumnya disebut
kepribadian histerikal, ditegakan bagi orang-orang yang terlalu dramatis dan
mencari perhatian. Mereka seringkali menggunakan ciri-ciri penampilan fisik,
seperti pakaian yang tidak umum, rias wajah, atau warna rambut untuk menarik
perhatian orang kepada mereka (Gerald C Davison, 2010: 585). para individu
tersebut, meskipun menunjukan emosi secara berlebihan, diperkirakan memiliki
kedangkalan emosi. Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu memedulikan daya
tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian.
Mereka dapat sangat provokativ dan tidak senonoh secara seksual tanpa
memedulikan kepantasan dan mudah dipengaruhi orang lain.
Terkait
dengan landasan teori di atas, terdapat bentuk-bentuk gangguan kepribadian
histrionik dalam novel Mencari Perempuan
yang Hilang, gangguan kepribadian tersebut diperlihatkan pada dialog
sekretaris bayaran Abdul Ghani dengan Dokter Sholeh, sebagaimana berikut:
“Kata Tuan, kau selalu tepat waktu bila berjanji. Tunggu
sebentar!” jawab sekretaris itu.
Bukan main senangnnya hatiku ternyata Abdul Ghani
mengenaliku. Mungkin Ahlam sudah bercerita banyak tentang aku sebagai calon
suaminya. Aku tidak resah lagi menghadapi pertemuan ini. Sekretaris itu
menghilang sejenak dan kembali lagi dengan membawa secangkir teh. Dia suguhkan
padaku dan aku terima sambil mengucapkan terima kasih. Sekilas pandanganku
berlabuh di dadanya yang setengah telanjang. “Apakah bahan pakaian masa kini
tidak cukup untuk menutupi aurat perempuan?” pikirku. Pengaruh budaya asing
menghasut perancang mode untuk menghemat bahan. Dengan keringat dingin aku
mengendalikan gejolak darah mudaku dari stimulus yang terpangpang di depan
mataku. Aku teguk teh sambil memikirkan apa yang bakal terjadi sebentar lagi
dalam pertemuanku dengan Tuan Abdul Ghani.
Dalam
percakapan antara Dokter Sholeh dan sekretaris bayaran Abdul Ghani, ujaran
langsung Dokter Sholeh merupakan sebuah komentar penutur terhadap sekretaris
tersebut. Komentarnya terhadap penampilan sekretaris yang terlalu dramatis dan
mencari perhatian dengan cara brpakiannya yang erotis. Penampilannya yang tidak
senonoh sangat mengundang perhatian. Bagi dirinya mendapatkan perhatian dari
lawan jenisnya merupakan kepuasaan tersendiri. Cara berpakiannya yang dianggap
di luar kebiasaan umum dalam konteks budaya timur menunjukan karakter yang
provokativ.
Selain itu, penampilan yang erotis dan sikapnya yang
prvokativ terhadap Dokter Sholeh dapat dilihat sebagai peristiwa yang tidak
natural. Gerak tubuhnya yang mengundang perhatian menjadi bentuk kecurigaan
dokter sholeh dalam menanggapinya. Rekasi sekretaris yang tiba-tiba sakit dan
meminta Dokter Sholeh untuk memeriksanya, kemudian memeluknya dengan hasrat
mesum merupakan provokasi untuk menjebak Dokter Sholeh kedalam perangkap Tuan
Abdul Ghani. Karakterisasi penampilan dan ujaran tokoh sekretaris pada dialog
merupakan bentuk gangguan kepribadian histrionik. Bentuk gangguan kepribadian
tersebut dapat dilihat pada dialog sebagai berikut:
“Oh, sakitku kambuh
lagi. Aduh sakit sekali, Dok!”
“Tolong,
Dokter! Untung kau ada di sini?
"Katakan
bagaimana rasa sakitnya?” kataku.
“Sakit
sekali bagian kanan perutku dan seluruh dada dan punggungku... aduh... oh...
napasku sesak. Sepertinya ada benjolan di perutku, Dok aduh,,,”
“Ya,
tolong diperiksa, Dok! Kanker ganasm, Dok?”
“Jangan
terlalu cemas. Tidak separah yang kau bayangkan,” jawabku tersenyum.
“Aku
belum percaya sebelum diperiksa, Dok. Periksalah segera, Dokter!”
Tanpa memberi waktu untuk berpikir dia menarik tanganku
masuk ke ruang rapat. Dia empaskan tubuhnya di atas meja. Dia terlentang serta
mengaduh kesakitan. Aku minta dia untuk diam. Aku sedikit menunduk ke arah
dadanya. Tiba-tiba dia merangkulku erat-erat dan menciumku. Aku menggeliat
untuk lepas dari rangkulan setan itu. Aku ludahi tubuhnya sambil menghina
dengan marah.
4.
Bentuk Gangguan
Kepribadian Obsesif Kompulsif
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
adalah seorang prfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal,
dan sejenisnya. (Gerald C Davison, 2010: 597). Orang-rang tersebut sering kali
terlalu memerhatikan detail sehingga mereka tidak pernah menyelesaikan proyek.
Mereka berorientasi kepada pada pekerjaan bukan pada kesenangan dan teramat
sulit mengambil keputusan (karena takut salah) dan mengalokasi waktu (karena
takut terfokus pada hal yang salah). Hubungan interpersonal mereka sering kali
buruk karena mereka keras kepala dan menuntut agar segala sesuatu dilakukan
dengan cara mereka. “Gila Kendali” merupakan istilah bagi orang-orang tersebut.
Namun, dalam novel Mencari Perempuan yang
Hilang tampak seorang tokoh Tuan Abdul Ghani yang sangat perfeksionis dan
gila akan kendali dalam melakukan apapun khususnya dalam bidang bisnis. Hal
tersebut dapat dilihat dalam ujaran langsung yang disampaikan oleh Dokter
Syarif.
Beberapa waktu berselang, terdamparlah aku di perusahaan
Tuan Abdul Ghani ini. Pertama kali yang dia lakukan adalah melakukan tes
untukku. Begitu kemampuan dan keikhlasanku memenuhi kriteria yang dia inginkan,
aku diberi bermacam-macam penghargaan dan hadiah yang tak ternilai harganya.
Saat itu aku merasa sukses yang sesungguhnya. Sekarang semua mimpiku ada dalam
genggaman erat Tuan Abdul Ghani. Hanya dia yang akan memutuskan kapan mimpiku
diwujudkan atau dimusnahkan sama sekali. Abdul Ghani bagaikan pelatih singa
yang memegang cambuk di tangan kiri dan daging di tangan kanan, lalu
mengendalikan singa kemana dia mau. Akulah singa itu.
“aku tidak pernah kuliah sepertimu, tapi aku
mampu menilai bagus atau tidaknya pemasaran yang kau buat,” kata Abdul Ghani
suatu ketika. “kalau menguntungkan perusahaan berarti kau sukses, kalau
merugikan, berarti kau gagal. Camkan itu dan jangan banyak tanya lagi.
Kembalilah bekerja!”
pada dialog di atas
antara Dr. Syarif dan Tuan Abdul Ghani, ujaran langsung yang disampaikan oleh
Dr. Syarif merupakan sebuah komentar langsung penutur dari sudut pandang
narator “aku” mengenai kepribadian Tuan Abdul Ghani yang sangat perfeksionis
dan gila akan kendali. Kepribadian tersebut dijelaskan dalam ujaran Dr. Syarif “Abdul Ghani bagaikan pelatih singa yang
memegang cambuk di tangan kiri dan daging di tangan kanan, lalu mengendalikan
singa kemana dia mau. Akulah singa itu.” Selain itu tokoh Tuan Abdul Ghani mrupakan sosok
pengusaha yang hanya berorientasi penuh kepada pekerjaan, tapi tidak
memperdulikan nilai di balik pekerjaan tersebut. Orientasinya hanya
terpusat pada nilai materi. Yang ada di
benak pikiran Abdul Ghani adalah seberapa banyak Dr. Syarif sebagai pekerjanya
dapat meningkatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal tersebut ditampilkan
dalam dialog yang digunakan tokoh Abdul Ghani “aku tidak pernah kuliah sepertimu, tapi aku mampu menilai bagus atau
tidaknya pemasaran yang kau buat,” kata Abdul Ghani suatu ketika. “kalau
menguntungkan perusahaan berarti kau sukses, kalau merugikan, berarti kau
gagal. Camkan itu dan jangan banyak tanya lagi. Kembalilah bekerja!”. Karakter
ujaran Abdul Ghani tersebut menunjukan bahwa Tokoh Abdul Ghani memiliki
gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
C.
PENUTUP
Gangguan
kepribadian tokoh yang terdapat dalam novel Mencari
Perempuan yang Hiang merupakan gangguan kepribdian yang terjadi dalam
ujaran, dialog, dan tindakan verbal tokoh di dalam novel. Setelah memahami dan
menganalisis ceritanya, novel tersebut memperlihatkan beberapa tokoh yang
mengalami gangguan kepribadian. Ada 4 macam gangguan yang terjadi dalam beberapa
tokoh, diantaranya adalah gangguang kepribadian narsistik, ambang, histrionik,
dan obsesif kompulsiv. Namun, masing-masing gangguan kepribadian toko dalam
novel memiliki bentuk gangguan kepribadian yang bervariatif, yang mana sebagai
berikut:
1. Bentuk
Gangguan Kepribadian Narsisitik: Hubungan interpersonal mereka terhambat karena
kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi, dan memanfaatkan orang lain serta
perasaan bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu, mereka mnghendaki
orang lain melakukan sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa perku dibalas.
2. Bentuk
Gangguan kepribadian Ambang: memiliki karakter argumentatif, mudah tersinggung,
sarkastik, cepat menyerang, dan secara keseluruhan sangat sulit untuk hidup
bersama mereka. Prilaku mereka yang tidak dapat diprediksi dan impulsif, yang
dapat mencakup berjudi, boros, dan aktivitas seksual yang tidak pandang bulu.
3. Bentuk
Gangguan Kepribadian Histrionik: para individu tersebut , meskipun menunjukan
emosi secara berlebihan, diperkirakan memiliki kedangkalan emosi. Mereka
berpusat pada diri sendiri, terlalu memedulikan daya tarik fisik mereka, dan
merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat
provokativ dan tidak senoboh secara seksula tanpa memedulikan kepantasan dan mudah
dipengaruhi orang lain.
4.
Bentuk Gangguan Kepribadian Obsesif
Kompulsif: Orang-rang tersebut sering kali terlalu memerhatikan detail sehingga
mereka tidak pernah menyelesaikan proyek dan kerap kali mereka gila kendali.
Mereka berorientasi kepada pada pekerjaan bukan pada kesenangan dan teramat
sulit mengambil keputusan (karena takut salah) dan mengalokasi waktu (karena
takut terfokus pada hal yang salah).
DAFTAR PUSTAKA
Davison, C, Gerald dkk. 2010. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Jakarta:
PT. Raja Garfindo Persada.
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasana
Pustaka Obor Indonesia.
Hall, S, Calvin dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta:
Kanisius.
Wellek, Rene & Warren, Austin. 1948. Theory of Literature. New York: Harcourt,
Brace And Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar